Sunday, January 29, 2023

T3 Aksi Nyata (11 hlmn 2330 kata) - Profiling Manusia Indonesia Reformasi Kurikulum Merdeka (Tugas 1 Artikel Lepas) dan Manusia Indonesia bagi Saya (Tugas 2 pada LMS)

Tugas 1 Artikel Lepas

PROFILING MANUSIA INDONESIA

REFORMASI  KURIKULUM MERDEKA



 

diajukan untuk memenuhi tugas

Ulangan Tengah Semester Filosofi Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu : Hastin Budisiwi, M. Pd

 

 

 

disusun Oleh

Silvia Ginta Kirana (1922730158)

 

 

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI PPG PRAJABATAN

2023

Profiling Manusia Indonesia

Reformasi  Kurikulum Merdeka

Oleh : Silvia Ginta Kirana

            Kebhinekatunggalikaan Manusia Indonesia terkenal akan karakteristik bangsa yang beragam. Karakteristik manusia indonesia menjadi Identitas Nasional sebagai upaya reformasi kurikulum merdeka. Pembelajaran paradigma baru metode pembelajaran teacher center learning saat ini bertransformasi pada student center learning. Pembelajaran menekankan pentingnya pemecahan masalah, terintegrasi, menyenangkan dan tidak membosankan, melihat pada perkembangan karakteristik peserta didik yang disebut Profil Manusia Indonesia.

Kata Kunci : Profil, Manusia Indonesia, Reformasi, Kurikulum Merdeka

 

PENDAHULUAN

Perjalanan Pendidikan Indonesia

Secara geografis, Indonesia diapit oleh dua benua besar yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia merupakan bagian dari Asia yang menjadi tempat lahir dan berkembangnya agama-agama besar dan etika. Perkembangan agama-agama besar adalah melalui jalur perdagangan, pernikahan, akulturasi budaya dan melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan ini memegang peranan yang cukup penting. Sebab, semula pendidikan Indonesia dikenal di pantai-pantai sepanjang jalur perdagangan, akhirnya bisa berkembang luas hingga ke pulau-pulau Indonesia bagian timur, misalnya perkembangan pendidikan melalui dakwah islam. Ki Hajar Dewantara meupakan salah satu tokoh yang memiliki filsafah kuat tentang pendidikan yang fenomenal dan mendapatkan pendidikan Barat. Cara yang diterapkan di Lembaga Pendidikan Kolonial Belanda dalam beberapa komponan pendidikan, sehingga melahirkan sistem pendidikan baru yang merupakan kompromi antara sistem pendidikan kolonial dengan sistem pendidikan tradisional.

Salah satu tujuan dari pendidikan di Indonesia, yaitu terbentuknya generasi yang cerdas dan berkarakter. Namun, hal tersebut belum diimbangi dengan sistem pendidikan yang tepat, sehingga saat ini masih banyak terjadi permasalahan seperti terjadinya perundungan dan kekerasan dalam dunia pendidikan, bahkan kecurangan juga  terjadi dalam dunia pendidikan (Edwin, 2921). Berpikir menjadi suatu keutamaan bagi transformasi kehidupan seorang manusia secara internal yang berhubungan dengan refleksi dirim sedangkan eksternal menyangkut bagaimana hubungan dengan pihak luar diri. Dalam konteks tersebut, pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan awal mulanya adalah upaya berpikir guna menyiasati terujudnya kehidupan yang bernilai bermanka, bersahaja, dan bermartabat atau disebut dengan pendidikan yang berkarakter (Subandi, 2017).

Reformasi

Metode pendidikan yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia adalah tidak memaksakan, orang indonesi atermasuk ke dalam bangsa timur, atau bangsa yang hidup berupa kehalusan rasa, hidup penuh dengan kasih sayang, cinta akan kedamaian, ketertiban, kejujuran, dan sopan dalam tutur kata.

Strategi pendidikan paradigma baru berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk berpendapat membangun pemahamannya sendiri, membuat kesepakatan kelas atas dasar harapan dari peserta didik kemudian disimpulkan dan disepakatai bersama antara guru dan peserta didik, guru bersikap demokratis, jangan menganggap peserta didik sebagai kertas kosong, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, membuat perencanaan pembelajaran yang up to date, menciptakan suasana belajar yang nyaman.

Pendidikan hanya suatu “tuntunan dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak kita, artinya hidup tumbuhnya anak di luar kehendak kita sebagai kaum pendidik. Walau hanya dapat “MENUNTUN” akan tetapi pendidikan memiliki faedah yang sangat besar terhadap hisup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan yang berpihak pada murid merupakan pendidikan yang sesuai konteks diri murid dan sosial budaya di daerah asal. Pendidikan disesuaikan dengan kodrat alam dan zaman.

Tujuan utama yang ingin dicapai Ki Hajar Dewantara dari pendidikan adalah terbentuknya generasi bangsa Indonesia yang mandiri, penuh daya kreasi dan berbudi pekerti mulia. Namun beliau menyadari, jika pendidikan yang mengedepankan budi pekerti tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat dan keluarga. Hal itu kemudian membuatnya memiliki gagasan untuk membuat konsep pendidikan. Konsep pendidikan yang dilaksanakan Ki Hajar Dewantara itu diberi nama “Tri Pusat Pendidikan”, yaitu suatu pelaksanaan pendidikan dengan melibatkan alam keluarga, alam perguruan dan alam masyarakat untuk membentuk manusia-manusia yang unggul, berbudi pekerti dan cerdas (Edwin, 2021).

Kurikulum Merdeka

Implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan harus memperhatikan ketercapaian kompetensi peserta didik pada stuan pendidikan dalam kondisi khusus. Implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik dan harus memperhatikan ketercapaian kompetensi peserta didik di satuan pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran. Maka satuan pendidikan diberikan opsi dalam melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran bagi peserta didik.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk membuat modul ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Berbagai studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran (learning crisis) yang cukup lama. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa banyak dari anak-anak Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Temuan itu juga memperlihatkan kesenjangan pendidikan yang curam di antarwilayah dan kelompok sosial di Indonesia. Keadaan ini kemudian semakin parah akibat merebaknya pancemi Covid-19. Untuk mengatasi krisis dan berbagai tantangan tersebut, maka kita memerlukan perubahan yang sistemik, salah satunya melalui kurikulum. Namun kurikulum merdeka ini menjadi sebuah opsi, karena perubahan kerangka kurikulum tentu menuntut adaptasi oleh semua elemen sistem pendidikan. Oleh karena itu, kemendikbudristek memberikan opsi kurikulum sebagai salah satu upaya manajemen perubahan. Perubahan sistemik tersebut tentu tidak bisa terjadi dalam sekejap. Tahap demi tahap perubahan kurikulum harapannya dapat memberi waktu yang memadai bagi seluruh elemen kunci sehingga fondasi untuk transformasi pendidikan kita dapat tertanam kukuh.

Profiling Manusia Indonesia

Keragaman merupakan pengalaman manusia di dunia in iterutama di era global ini. Bagi orang-orang Indonesia, keragaman atau kebhinekaan merupakan salah satu struktur hakiki atau karakter keindonesiaannya yang sangat khas. Keragaman (kebhinekaan) itu merupakan pengalaman yang secara hakiki membentuk identitas keindonesiaan sejak Indonesia belum diakui sebagai Negara.

Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Beragam dalam hal pengalaman hidup, latar belakang, etnik, perkembangan sosio-emosional, perkembangan sosial, status sosial, perkembangan kognitif, motivasi dan minat, gaya belajar, budaya, bahasa, ras, suku, kepercayaan, tradisi dan berbagai ungkapan simbolik. Dengan kata lain, profiling manusia Indonesia merupakan nilai kemanusiaan Indonesia yang menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia.

Pelajar Pancasila

Identitas manusia Indonesia sebagai manusia Pancasila, dimana Pancasila sebagai landasan filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa rasa – perasanaan sebagai bangsa dan nilai – nilai hidup berbangsa. Hal ini menjadikan manusia Indonesia kaya akan nilai - nilai luhur yang hidup dalam kebiasaan, menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-nilai luhur yang bersumber dari Pancasila inilah yang dijadikan akar dari pendidikan karakter sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan nasional, proses belajar untuk peserta didik. Identitas manusia Indonesia merupakan landasan dari pendidikan transformatif masyarakat Indonesia. Pendidikan transformatif terdiri menyatukan dan mentransfornasi masyarakat dengan nilai-nilai luhur dalam keberagaman di Indonesia sebagai tujuan pendidikan nasional.

Dalam paradigma ini, kekayaan hidup dan dialog yang terjadi di dalam masyarakat menjadi titik tolak perkembangan masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal atau nilai – nilai religius lokal menjadi titik tolak pendorong pendidikan transformatif masyarakat. Paradigma transformatif masyarakat berdialog menjadi dasar untuk mengembangkan pendidikan transformatif yang menyatukan dan metransformasi masyarakat dalam konteks keragaman seperti Indonesia.

PEMBAHASAN

PROFILING X MPLB 2 SMK N 1 DUKUHTURI

Setiap peserta didik memiliki profil yang berbeda-beda. Hal tersebut tidak lain dengan profiling peserta didik di MPLB 2. Pemahaman karakteristik peserta didik dapat dilihat dari latar belakang etnik, cultural, status sosial, minat, gaya belajar, motivasi, kemampuan awal,  perkembangan kognitif, perkembangan sosio-emosional, maupun perkembangan sosial.  X MPLB 2 ini terdiri dari 36 peserta didik berjenis kelamin perempuan, dengan rata-rata rentang usia 16-17 tahun. Meskipun secara usia memiliki rentang usia tidak begitu jauh berbeda, namun memiliki profiling masing – masing sebagai berikut :

1.      Etnik dan Cultural

Terdapat satu peserta didik berasal dari suku yang berbeda yaitu Suku Minang bernama Salma Khairunnisa. Sedangkan peserta didik lainnya berasal dari suku yang sama yaitu Suku Jawa. Apabila dilihat dari segi culturalnya, seluruh peserta didik X MPLB 2 ini menganut kepercayaan agama yang sama yaitu agama islam.

2.      Status sosial

Dilihat dari status sosial latar belakang ekonominya, X MPLB 2 tergolong dalam status sosial ekonomi level tengah atau mampu, karena secara sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. Seperti handphone, laptop, sepeda roda dua bahkan sepeda motor untuk berangkat ke sekolah. Latar belakang pekerjaan orang tuanya ada yang berprofesi sebagai guru, wiraswasta, PNS, wirausaha, pekerja buruh serta tidak sedikit yang menjadi ibu rumah tangga.

3.      Motivasi dan Gaya Belajar

Meskipun secara status sosial telah memiliki kecukupan yang baik, namun peserta didik kelas X MPLB 2 ini cenderung pasif, lebih menyukai penugasan text book, dan tidak menyukai gaya belajar persentasi. Terlebih apabila persentasi secara individu seperti sebuah tantangan yang sangat berat menurut mereka.

4.      Kemampuan awal dan Perkembangan kognitif

Untuk memanfaatkan waktu luang pada saat pergantian jam pelajaran, peserta didik mempersiapkan diri dengan membuka materi terlebih dahulu sehingga memiliki kemampuan awal yang baik, meskipun ada sebagian peserta didik lainnya yang menunggu guru dengan bermain handphone atau berias diri. Secara perkembangan kognitif mereka memiliki tingkat pemahaman dalam menangkap materi secara baik, namun memiliki kepercayaan diri yang kurang dalam menyampaikan pendapatnya..

5.      Perkembangan sosio-emosional

Secara perkembangan emosional peserta didik kelas X MPLB mayoritas mudah jenuh, masih labil, sehingga pembawaan seorang guru dalam kelas ini sangat bergantung pada perkembangan emosional peserta didik. Untuk itu guru perlu menyiapkan perencanaan pembelajaran menyenangkan yang untuk menciptakan perkembangan emosional positif.

6.      Perkembangan bahasa

Secara perkembangan bahasa sebagian besar peserta diidk memiliki perkembangan bahasa yang baik dalam berkomunikasi keseharian dengan teman sebaya meggunakan bahasa daerah, sedangkan dalam pembelajaran di kelas menggunakan baha indonesia. Dilihat pada saat persentasi sebagian besar perkembangan bahasa XPLB kurang baik karena cendrung pasif saat diberikan sebuah pertanyaan secara lisan.

REFORMASI  KURIKULUM MERDEKA SMK N 1 DUKUHTURI

Untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) diperlukan kebijakan pemulihan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu terkait dengan implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan, maka satuan pendidikan diberikan opsi dalam melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran bagi peserta didik. Salah satu opsi kurikulum tersebut adalah Kurikulum Merdeka yang saat ini sedang di implementasikan oleh SMKN N 1 Dukuhturi kelas X. Reformasi ini terjadi untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaran, dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum merdeka.  Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas serta mempengaruhi kecepatan da nmetode mengajar yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Untuk itu kemendikbudristek mengembangkan kurikulum merdeka sebagai bagian penting dalam upaya memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama Indonesia alami. Kemenristekdikbud melakukan reformasi sistem evaluasi pendidikan, menata sistem rekrutmen dan pelatihan guru, menyelasraskan pendidikan vokasi dengan dunia kerja, mendampingi dinas-dinas pendidikan dan melakukan penguatan anggaran dan kelembagaan. SMK N 1 Dukuhturi ingin menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang aman, inklusif dan menyenangkan.

Salah satu semangat dalam Kurikulum Merdeka SMK N 1 Dukuhturi ialah penyelenggaraan pembelajaran yang inklusif. Artinya satuan pendidikan mampu menyelenggarakan iklim pembelajaran yang menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa. Dalam kurikulum, inklusi dapat tercermin melalui penerapan profil pelajar Pancasila, misalnya dari dimensi kebhinekaan global dan akhlak kepada sesama serta dari pembelajaran berbasis projek (project based learning).

SMK N 1 Dukuhturi menghimbau dalam penerapan Kurikulum Merdeka perlu dukungan dari orang tua. Dengan demikian orang tua bisa menjadi teman dan pendamping belajar bagi anak. Kurikulum Merdeka dapat terus diterapkan secara berkelanjutan melalui tiga hal. Pertana regulasi yang fundamental, kedua dari sisi asesmen, kegita dukungan publik. Bentuk struktur kurikulum merdeka terdiri dai kegiatan intrakurikuler projek penguatan profil pelajar Pancasila dan ekstrakurikuler. Tidak ada perubahan total jam pelajaran, hanya saja jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan untuk 2 kegiatan pembelajaran : 1. Pembelajaran intrakulikuler dan 2. Projek penguatan profil pelajar Pancasila. Jadi, jika dihitung JP kegiatan belajar rutin di kelas (intrakurikuler) saja, memang seolah-olah JPnya berkurang dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Namun, selisih jam pelajaran tersebut dialokasikan untuk projek penguatan profil Pelajar Pancasila. Guru SMK N 1 Dukuhturi dapat menambah muatan lokal tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain, dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila, atau dengan mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler.

KESIMPULAN

Semula pendidikan Indonesia dikenal di pantai-pantai sepanjang jalur perdagangan, akhirnya bisa berkembang luas hingga ke pulau-pulau Indonesia bagian timur. Salah satu tujuan dari pendidikan di Indonesia, yaitu terbentuknya generasi yang cerdas dan berkarakter. Namun, hal tersebut belum diimbangi dengan sistem pendidikan yang tepat, sehingga saat ini masih banyak terjadi permasalahan seperti terjadinya perundungan dan kekerasan dalam dunia pendidikan. Metode pendidikan yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia adalah tidak memaksakan, orang indonesi atermasuk ke dalam bangsa timur, atau bangsa yang hidup berupa kehalusan rasa, hidup penuh dengan kasih sayang, cinta akan kedamaian, ketertiban, kejujuran, dan sopan dalam tutur kata. Strategi pendidikan paradigma baru berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk berpendapat membangun pemahamannya sendiri, membuat kesepakatan kelas atas dasar harapan dari peserta didik kemudian disimpulkan dan disepakatai bersama antara guru dan peserta didik, guru bersikap demokratis, jangan menganggap peserta didik sebagai kertas kosong, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, membuat perencanaan pembelajaran yang up to date, menciptakan suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, kemendikbudristek memberikan opsi kurikulum sebagai salah satu upaya manajemen perubahan yaitu melalui Kurikulum Merdeka.

Profiling manusia Indonesia merupakan nilai kemanusiaan Indonesia yang menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia. Profiling manusia Indoneisa X MPLB 2 dapat dilihat dari nilai – nilai luhur yang bersumber dari Pancasila yang memiliki semboyan Kebhinekatunggalikaan. Kebhinekatunggalikaan tersebut dilihat dari berbagai aspek etnik dan cultural, status sosial, perkembangan sosio-emosional, perkembangan sosial, motivasi dan gaya belajar, perkembangan kognitif dan kemampuan awal, dan perkembangan bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran nasional melalui Reformasi Kurikulum Merdeka. Salah satu semangat dalam Kurikulum Merdeka SMK N 1 Dukuhturi ialah penyelenggaraan pembelajaran yang inklusif. Dalam kurikulum, inklusi dapat tercermin melalui penerapan profil pelajar Pancasila, misalnya dari dimensi kebhinekaan global dan akhlak kepada sesama serta dari pembelajaran berbasis projek (project based learning). Kurikulum Merdeka dapat terus diterapkan secara berkelanjutan melalui tiga hal. Pertama regulasi yang fundamental, kedua dari sisi asesmen, ketiga dukungan publik. Guru SMK N 1 Dukuhturi dapat menambah muatan lokal tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik X MPLB 2

DAFTAR PUSTAKA

Edwin Firmansyah, Zubaidah Nasuha, Suci Muzfirah. 2021. Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Yogyakarta : Jurnal Ilmiah Pendidikan MI/SD Vol. 6 No. 2 2021

Subandi, S. (2017). Menderadikalisasi Faham Radikal Melalui Pendidikan Multikultural dan Karakter Lokal di Lampung. FIKRI: Jurnal Kajian Agama, 2(2), 457-484.

 


Tugas 2 pada LMS Manusia Indonesia bagi Saya 

Mata Pelajaran     : Filosofi Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu : Hastin Budisiwi, M. Pd

disusun Oleh         : Silvia Ginta Kirana

NPM                    : 1922730158

Jurusan                : Ekonomi PPG Prajabatan Gelombang 2


Tanda dan Simbol, Proses Pembelajaran 

tentang Penghargaan dan Penghayatan 

terhadap Kebhinekatunggalikaan SMK N 1 Dukuhturi

Manusia Indonesia terkenal dengan simbol kebhinekatunggalikaan dimana manusia Indonesia kaya akan keragaman ras, suku, budaya kepercayaan dan bahasa namun tetap satu jua. Pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan berdasar observasi saya di SMK N 1 Dukuhturi yaitu menjunjung tinggi nilai toleransi adanya perbedaan agama, salah satunya dalam kelas X MPLB 2 yang memiliki semangat jiwa persatuan, tidak membedakan agama minoritas, latar belakang keluarga, budaya dan sosial ekonomi keluarga. 

Selain itu berdasarkan hasil pengamatan yaitu adanya komponen pendukung antara unsuk biotik dengan unsur abiotik terhadap kebhinekatunggalikaan tersedianya pamflet no bullying, tidak melakukan perundungna, adanya peran guru dalam pembelajaran untuk membuat kesepakatan kelas serta adanya simbol burung garuda pada setiap ruangan sebagai wujud penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan.

Gambar 1. Upacara Bendera SMK N 1 Dukuhturi


Implementasi nilai-nilai Pancasila SMK N 1 Dukuhturi 

Menguatkan Identitas Manusia Indonesia

Sila Pertama    :

Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Berdo'a sebelum dan setelah pelajaran

2. Berdo'a ketika mendengar adzan, mengucapkan salam ketika masuk ruangan, menjalankan kewajiban umat beragama

3. Saling menghormati sesama umat beragama

4. Tidak mengganggu teman yang sedang beribadah

5. Bersikap toleransi atas perbedaan keyakinan.

Sila Kedua      :

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi setiap manusia 

2. Tidak semena-mena terhadap sesama

3. Solid, saling menolong

4. Dapat memerhatikan guru dengan baik selama pembelajaran berlangsung

5. Tidak membuat pertikaian

6. Mendengar dan menghargai pendapat saat berdiskusi dalam kelas.

Sila Ketiga      :

Persatuan Indonesia

1. Adanya jiwa nasionalisme yang tinggi menjunjung nilai luhur Pahlawan Bangsa Indonesia mengikuti kegiatan upacara dengan hikmat

2. Saling menyapa, menerapkan 5S

3. Memiliki kerja tim yang baik.

Sila Keempat    :

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

1. Adanya musyawarah yang baik dalam pembuatan kesepakatan kelas

2. Menyampaikan pendapat di kelas dengan baik.

Sila Kelima     :

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Bekerja sama menciptakan suasana kelas yang nyaman

2. Bersikap adil terhadap sesama.


Monday, January 16, 2023

Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif I di Sekolah Menengah - Mulai Dari Diri - Topik 3

 

Mulai dari diri Topik 3

Mata pelajaran          : PPA yang Efektif I di Sekolah Menengah

Dosen pengampu       : Dr. Dewi Apriani Fr, MM

Disusun Oleh             : Silvia Ginta Kirana

NPM                           : 1922730158

Jurusan                      : Ekonomi PPG Prajabatan Gel. 2

 

Berdasarkan pemahaman Anda sendiri:

  1. Bagaimana strategi untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan peserta didik?

Jawab :

Untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilakukan menggunakan kegiatan tes diagnosis kognitif untuk menguji kemampuan dan capaian belajar peserta didik berupa pengayaan/quiziz sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Asesmen diagnostik dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu perlunya teaching at the right lecel, kondisi kompetensi peserta didik yang bervariasi, the is No “One Sise fits All”. Selain tes diagnosis kognitif juga dapat dilakukan tes diagnosis non kognitif untuk mengukut aspek psikologi dan kondisi emosional anak seperti kesejahteraan emosi dan sosial emosi peserta didik, aktivitas selama belajar dari rumah, kondisi keluarga peserta didik.

  1. Bagaimana strategi merencanakan pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik?

Jawab :

Strategi merencanakan pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik dilakukan dengan melihat pada hasil tes diagnosis yang telah dilakukan karena nantinya hasil dari tes diagnosis tersebut dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan pembelajaran yang efisiem, memperoleh informasi yang lengkap tentang kelebihan/kesulitas belajar peserta didik, karakteristik peserta didik. Selain itu dapat membantu guru dalam memperoleh pemahaman situasi terkini, sumber belajar yang diperlukan untuk proses pembelajaran, kemudian dapat diambil tindakan untuk mendapatkan hasil belajar yang meningkat menyesuaikan kebutuhan peserta didik.

  1. Bagaimana semestinya melaksanakan pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik?

Jawab :

Melaksanakan pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik dapat dilakukan melalui tahapan :

1)      Perencanaan

2)      Pelaksanaan

3)      Diagnosis dan tindak lanjut

Tahapan ini dapat dikembangkan secara teknis menjadi :

a.       Menganalisis kompetensi dasar

b.      Mengdentifikasi kompetensi dasar sustansial

c.       Menganalisis keterkaitan materi capaian pembelajaran di kelas

d.      Menyusun soal

e.       Menganalisis jawaban peserta didik

f.       Menginterpretasikan hasil jawaban peserta didik

g.      Menentukan tindak lanjut atau rencana kegiatan.

  1. Jelaskan seperti apa penyesuaian pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik!

Jawab :

Penyesuaian pembelajaran dengan tingkat capaian dan karakteristik peserta didik dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Misalnya pada awal pembelajaran telah dilakukan tes diagnostik. Kemudian dari hasil diagnostik tersebut pembelajaran dilakukan dengan memberikan treatment yang berbeda pada tiap tingkatan, yaitu tingkatan rendah, sedang tinggi. Peserta didik dilakukan pemetaan berdasarkan tingkatan tersebut. Peserta didik pada tingkatan rendah dilakukan pendekatan dan pemahaman lebih banyak dibandingkan dengan tingkat rendah dan atas. Kemudian pada peserta didik dengan tingkat sedang tidak sebanyak bantuan pada peserta didik tingkat rendah. Sementara peserta didik pada tingkatan tinggi hanya cukup diperiksa progresnya saja dan diberikan masukan/tambahan jika memang diperlukan.

 

MULAI DARI DIRI TOPIK 5 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI_SILVIA GINTA KIRANA_1922730158

MULAI DARI DIRI – TOPIK 5 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI   1.         Apa saja yang harus dievaluasi untuk pembelajaran berdiferensiasi?...