TOPIK 4
KONEKSI ANTAR MATERI
KERANGKA STRATEGI
Mata Kuliah :
Pemahaman Tentang Peserta Didik Dan Pembelajarannya
Pengampu :
Dr. Beni Habibi, M.Pd
Nama :
Silvia Ginta Kirana
NPM :
1922730158
Prodi :
Pendidikan Ekonomi PPG Prajabatan Gelombang 2
Pembelajaran Berdiferensiasi(developmentally appropriate
practice)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi
murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang
masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi
tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang
berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid
yang pintar dengan yang kurang pintar.
Jika dikaitkan antara pembelajaran
berdiferensiasi dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya dan folosofi
pendidikan Indonesia makan di dapatkan beberapa korelasi antara lain :
a. Dalam mata kuliah pemahaman peserta didik dan pembelajarannya
Terdapat teori perkembangan anak untuk menentukan karakteristik peserta didik
yg dapat digunakan sebagai acuan strategi pembelajaran yg efektif dan berpihak
pada peserta didik.
b. Menurut Ki Hadjar Dewantara Pembelajaran harus disesuaikan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman dari peserta didik. Ini menjadi salah satu
dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan
Indonesia.
c. Setiap anak memiliki pribadi yang unik dimana ia membawa
bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengetahui hal tersebut,
pendidik dapat melakukan observasi profilling peserta didik yang dipelajari
pada mata kuliah pemahaman peserta didik dan pembelajarannya
Pengajaran Responsif
Kultur (culturally responsive pedagogy)
Culturally responsive pedagogy adalah pendidikan
yang menekankan pada keterkaitan antara
pendidikan dan dimensi
sosial budayanya. Pendidikan tanggap
budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa
menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:
1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis2) Peserta didik mampu mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya
(cultural competence)3) Peserta didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness)
sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil.
Koneksitas Pengajaran yang Responsif Kultur dengan Konteks Pendidikan
a.
Ditetapkannya batik sebagai
salah satu seragam wajib
Batik adalah simbol kebudayaan asli milik
Indonesia. Maka tak heran penggunaan batik dianjurkan pada setiap kegiatan
penting, terlebih kain batik bisa dirancang untuk penggunaan sandang
masyarakat. Dalam lingkungan sekolah, penggunaan seragam batik adalah bentuk
pelestarian budaya sejak dini. Dengan penggunaan batik tersebut, harapannya
para siswa akan selalu mengingat batik sebagai budaya Indonesia dan menumbuhkan
kebanggaan dalam pemakaiannya. Walaupun mungkin bagi pelajar sudah diatur
seragam resminya yang diatur negara, pakaian batik bisa menjadi selingan
seragam dari biasanya.
b.
Adanya mata pelajaran
muatan lokal (Mulok)
Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014, mulok adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.
c. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Kegiatan kurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pada P5 ini peserta diidk diharapkan mampu menampilkan karya yang mengusung budaya khas Indonesia. Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam pendidikan guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan dan kompetensi budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pemahaman guru yang benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang berkembang di tengah masyarakat membantu guru untuk mengapresiasi keragaman perspektif tersebut, bukan menjadikannya sebagai stereotip yang menyudutkan peserta didiknya.
Koneksitas Pengajaran yang Responsif Kultur Kehidupan sehari-hari
Kaitannya berdasarkan kehidupan
sehari-hari, pendidikan tanggap
budaya dapat terlihat
dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Gita dkk, 2021 pendidikan tanggap budaya di ruang kelas sangat diperlukan karena dengan adanya pendidikan tersebut
bisa membuat karakter peserta didik menjadi semakin
baik dan memberikan respon yang positif terhadap suatu perbedaan. Proses pengembangan pendidikan
tanggap budaya berujuan agar terjadi kemajuan terhadap budaya Indonesia dan di satu sisi juga dapat mencapai
tujuan pendidikan seperti
mengembangkan perilaku terpuji
yang sejalan dengan nilai budaya, menanamkan jiwa pemimpin serta
berwawasan kebangsaan. Hal penting dari pendidikan tanggap budaya bagi adalah peserta didik mampu mengembangkan
kompetensi budaya, membuat peserta
didik memiliki pemahaman yang kritis, menghargai perbedaan serta karakter
peserta didik juga akan semakin baik.
Jika peserta didik merasa asing dari
budayanya maka dia kurang mengenal secara
baik budaya milik bangsa dan tidak mengenal
dirinya tersebut sebagai
bagian dari anggota
budaya bangsa (Jaenudin, 2010). Sangat diperlukan adanya budaya belajar yang bisa lebih memberdayakan siswa.
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)
Teaching
at right level (TaRL) merupakan pendekatan
belajar yang tidak mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat
kemampuan peserta didik. Teaching at right level (TaRL) dapat menjadi jawaban
dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama ini terjadi dalam kelas.
Teaching at the Right Level adalah salah satu semangat di merdeka belajar,
dimana pengajaran pada peserta didik disesuaikan dengan tingkat capaian atau
kemampuan awalnya. Guru melakukan asesmen terhadap level pembelajaran peserta
didik, mengelompokkannya sesuai dengan yang memiliki tingkat capaian dan
kemampuan yang serupa, dan memberikan intervensi pengajaran dan beragam
aktivitas pembelajaran sesuai dari level pembelajarannya tersebut, bukan hanya
melihat dari usia dan kelasnya. Mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki
peserta didik dan menelusuri kemajuannya. Strategi yang menggunakn prinsip
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level) sesuai mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang
Efektif.
Jika dikaitkan dengan mata kuliah
prinsip pembelajaran dan asesmen yang efektif 1 maka dapat ditarik benang merah
sebagai berikut :
Pendekatan pembelajaran didasarkan
pada tingkat kemampuan peserta didik sehingga membutuhkan asesmen yg efektif
untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dalam mata kuliah prinsip pengajaran
dan asesmen efektif 1 terdapat dua bentuk asesmen yaitu asesmen sumatif dan formatif.
Dalam asesmen formatif terdapat asesmen diagnosti yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi peserta didik sehingga dapat menentukan strategi pembelajaran
yang akan digunakan.
No comments:
Post a Comment