Wednesday, March 1, 2023

TOPIK 4 _PPDP_KAM_Silvia Ginta Kirana_1922730158

TOPIK 4

KONEKSI ANTAR MATERI

KERANGKA STRATEGI

Mata Kuliah       : Pemahaman Tentang Peserta Didik Dan Pembelajarannya

Pengampu          : Dr. Beni Habibi, M.Pd

Nama                 : Silvia Ginta Kirana

NPM                  : 1922730158

Prodi                  : Pendidikan Ekonomi PPG Prajabatan Gelombang 2


               Pembelajaran Berdiferensiasi(developmentally appropriate practice)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Jika dikaitkan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan pemahaman peserta didik dan pembelajarannya dan folosofi pendidikan Indonesia makan di dapatkan beberapa korelasi antara lain :

a.  Dalam mata kuliah pemahaman peserta didik dan pembelajarannya Terdapat teori perkembangan anak untuk menentukan karakteristik peserta didik yg dapat digunakan sebagai acuan strategi pembelajaran yg efektif dan berpihak pada peserta didik.

b.  Menurut Ki Hadjar Dewantara Pembelajaran harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman dari peserta didik. Ini menjadi salah satu dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia.

c. Setiap anak memiliki pribadi yang unik dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengetahui hal tersebut, pendidik dapat melakukan observasi profilling peserta didik yang dipelajari pada mata kuliah pemahaman peserta didik dan pembelajarannya


          Pengajaran Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy)

Culturally responsive pedagogy adalah pendidikan yang menekankan pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budayanya. Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak hanya bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya, yakni:

1)   Peserta didik mencapai kesuksesan akademis
2)   Peserta didik mampu mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya 
     (cultural competence) 
3)   Peserta didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness)
     sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil.

Koneksitas Pengajaran yang Responsif Kultur dengan Konteks Pendidikan

a.         Ditetapkannya batik sebagai salah satu seragam wajib

Batik adalah simbol kebudayaan asli milik Indonesia. Maka tak heran penggunaan batik dianjurkan pada setiap kegiatan penting, terlebih kain batik bisa dirancang untuk penggunaan sandang masyarakat. Dalam lingkungan sekolah, penggunaan seragam batik adalah bentuk pelestarian budaya sejak dini. Dengan penggunaan batik tersebut, harapannya para siswa akan selalu mengingat batik sebagai budaya Indonesia dan menumbuhkan kebanggaan dalam pemakaiannya. Walaupun mungkin bagi pelajar sudah diatur seragam resminya yang diatur negara, pakaian batik bisa menjadi selingan seragam dari biasanya.

b.    Adanya mata pelajaran muatan lokal (Mulok)

              Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014, mulok adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.

c.    Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

           Kegiatan kurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pada P5 ini peserta diidk diharapkan mampu menampilkan karya yang mengusung budaya khas Indonesia. Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam pendidikan guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan dan kompetensi budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pemahaman guru yang benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang berkembang di tengah masyarakat membantu guru untuk mengapresiasi keragaman perspektif tersebut, bukan menjadikannya sebagai stereotip yang menyudutkan peserta didiknya.


Koneksitas Pengajaran yang Responsif Kultur Kehidupan sehari-hari

Kaitannya berdasarkan kehidupan sehari-hari, pendidikan tanggap budaya dapat terlihat dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gita dkk, 2021 pendidikan tanggap budaya di ruang kelas sangat diperlukan karena dengan adanya pendidikan tersebut bisa membuat karakter peserta didik menjadi semakin baik dan memberikan respon yang positif terhadap suatu perbedaan. Proses pengembangan pendidikan tanggap budaya berujuan agar terjadi kemajuan terhadap budaya Indonesia dan di satu sisi juga dapat mencapai tujuan pendidikan seperti mengembangkan perilaku terpuji yang sejalan dengan nilai budaya, menanamkan jiwa pemimpin serta berwawasan kebangsaan. Hal penting dari pendidikan tanggap budaya bagi adalah peserta didik mampu mengembangkan kompetensi budaya, membuat peserta didik memiliki pemahaman yang kritis, menghargai perbedaan serta karakter peserta didik juga akan semakin baik. Jika peserta didik merasa asing dari  budayanya maka dia kurang mengenal secara baik budaya milik bangsa dan tidak mengenal dirinya tersebut sebagai bagian dari anggota budaya bangsa (Jaenudin, 2010). Sangat diperlukan adanya budaya belajar yang bisa lebih memberdayakan siswa.

 

          Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level)

Teaching at right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang tidak mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan peserta didik. Teaching at right level (TaRL) dapat menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama ini terjadi dalam kelas. Teaching at the Right Level adalah salah satu semangat di merdeka belajar, dimana pengajaran pada peserta didik disesuaikan dengan tingkat capaian atau kemampuan awalnya. Guru melakukan asesmen terhadap level pembelajaran peserta didik, mengelompokkannya sesuai dengan yang memiliki tingkat capaian dan kemampuan yang serupa, dan memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dari level pembelajarannya tersebut, bukan hanya melihat dari usia dan kelasnya. Mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan menelusuri kemajuannya. Strategi yang menggunakn prinsip Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) sesuai mata kuliah Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif.

Jika dikaitkan dengan mata kuliah prinsip pembelajaran dan asesmen yang efektif 1 maka dapat ditarik benang merah sebagai berikut :

Pendekatan pembelajaran didasarkan pada tingkat kemampuan peserta didik sehingga membutuhkan asesmen yg efektif untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dalam mata kuliah prinsip pengajaran dan asesmen efektif 1 terdapat dua bentuk asesmen yaitu asesmen sumatif dan formatif. Dalam asesmen formatif terdapat asesmen diagnosti yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi peserta didik sehingga dapat menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

 

 


No comments:

Post a Comment

MULAI DARI DIRI TOPIK 5 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI_SILVIA GINTA KIRANA_1922730158

MULAI DARI DIRI – TOPIK 5 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI   1.         Apa saja yang harus dievaluasi untuk pembelajaran berdiferensiasi?...